Selasa, 12 Juli 2011

McDonnell Douglas YC-15

McDonnell Douglas YC-15
1975

YC-15 merupakan usulan McDonnell Douglas untuk US Air Force dalam kompetisi Advanced Medium STOL Transport (AMST), untuk menggantikan C-130 Hercules sebagai standar transportasi taktis STOL USAF. Pada akhirnya baik YC-15 ataupun YC-14 Boeing tidak diproduksi, akan tetapi desain dasar YC-15 akan digunakan untuk membuat C-17 Globemaster III yang sukses.

Desain dan Pengembangan
Pada tahun 1971 USAF mulai bekerja pada rangkaian proposal purwarupa, yang menghasilkan proyek AMST dan Light Weight Fighter (Pesawat Tempur Ringan). RFP resmi dikeluarkan pada Januari 1972, yang menginginkan pesawat yang mampu mendarat dan lepas landas pada landasan tidak dipersiapkan sepanjang 2.000 kaki (610 m), jarak jangkau 500 nmi (930 km) dengan beban 27.000 lb (12.000 kg) tanpa pengisian ulang bahan bakar. Sebagai perbandingan, C-130 memerlukan landasan sepanjang 4000 ft (1200 m). Lima perusahaan menyerahkan desain untuk berkompetisi, Boeing dengan Model 953 pada Maret 1972. Pada 10 November 1972, dilakukan penyaringan, Boeing dan McDonnell Douglas memenangkan kontrak untuk pembuatan masing-masing dua purwarupa.

Desain McDonnell Douglas memakai sayap supercritical, hasil penelitian NASA yang dilakukan oleh Richard Whitcomb. Desain sayap ini menurunkan secara dramatis drag gelombang transonic sebanyak 30% dibandingkan dengan desain sayap konvensional, sementara pada saat yang sama menawarkan daya angkat pada kecepatan rendah yang sangat bagus. Paling kontemporer, pesawat ini memnggunakan sayap tertekuk untuk menurunkan drag gelombang, tetapi ini menyebabkan pengendalian pesawat pada kecepatan rendah menjadi sulit, yang membuatnya menjadi tidak cocok untuk operasi STOL.

Tim Desain juga memilih untuk menggunakan externally-blown flaps untuk meningkatkan daya angkat. Sistem ini menggunakan double-slotted flaps langsung ke bagian exhaust mesin jet, sedangkan sisa dari exhaust terus melalui flap dan kemudian terus melengkung ke bawah akibat efek Coandă. Walaupun efek ini telah dipelajari untuk beberapa waktu oleh NASA, bersama dengan konsep serupa, dengan pemakaian turbofan yang panas dan exhaustnya terkonsentrasi, membuat sistem sulit untuk digunakan. Pada saat proyek AMST, mesin telah berubah drastis dan sekarang lebih tidak terkonsentrasi dan udara yang dikeluarkan jauh lebih dingin. Untuk YC-15, empat mesin kecil digunakan, versi dari Pratt & Whitney JT8D yang banyak digunakan pada Boeing 727, dimodifikasi dengan fan ekstra di belakang mesin untuk meningkatkan aliran udara sejuk.

Desain Boeing pada umumnya serupa, dan juga memanfaatkan sebuah sayap supercritical. Tetapi terdapat perbedaan yaitu pada penempatan mesinnya. Desain Boeing menggunakan "upper surface blowing". Sistem ini memungkinkan mereka untuk menempatkan dua mesin yang lebih besar dekat dengan akar sayap, menggunakan diffuser untuk menyebarkan exhaust di atas permukaan. Mereka merasa desain ini menawarkan tingkat keselamatan lebih apabila terdapat kegagalan pada satu sisi mesin, sedangkan sistem bawah sayap pada YC-15 akan mengakibatkan daya angkat simetris signifikan.

Pengujian

Dua YC-15 dibuat, satu dengan bentang sayap 110 kaki (# 72-1876) dan satu dengan bentang 132 kaki (# 72-1875). Keduanya memiliki panjang 124 kaki (38 m) dan bermesin empat Pratt & Whitney JT8D-17, masing-masing dengan daya dorong 15.500 lbf (68,9 kN).

Penerbangan pertama dilakukan pada 26 Agustus 1975. Purwarupa kedua mengikuti pada bulan Desember. Mereka diuji untuk beberapa waktu di McDonnell Douglas karena purwarupa Boeing belum siap sampai hampir satu tahun kemudian. Pada bulan November 1976 kedua rancangan telah dipindahkan ke Edwards Air Force Base untuk pengujian kepala-ke-kepala, termasuk pengangkutan beban berat seperti tank dan artileri dari landasan tanah Graham Ranch, Runway 22.

YC-15 menyelesaikan 600 jam program uji penerbangan pada 1977. Pada Maret 1976 Air Force Chief of Staff Gen David C. Jones meminta Air Force Systems Command untuk melihat apakah mungkin untuk menggunakan satu model AMST untuk peran pengangkutan udara strategis dan taktis, atau sebagai alternatif, jika mungkin mengembangkan derivative non-STOL dari AMST untuk peran airlift strategis. Hal ini menyebabkan sejumlah studi yang pada dasarnya menyimpulkan bahwa modifikasi semacam itu tidaklah mudah, dan akan memerlukan perubahan besar dengan ukuran pesawat yang lebih besar.

Meskipun YC-14 dan YC-15 memenuhi atau melampaui spesifikasi dari permintaan USAF, semakin pentingnya misi strategis vs taktis akhirnya membuat USAF untuk mengupdate C-130 untuk jangka pendek karena lebih menguntungkan. Program AMST dibatalkan pada tahun 1979. Pada Januari 1979, C-X Task Force dibentuk untuk mengembangkan pesawat strategis sesuai kebutuhan. C-X akhirnya menjadi C-17 Globemaster III, yang dikembangkan berdasarkan desain dasar YC-15.

Specifications

General characteristics
•Crew: 3
•Capacity: Up to 150 troops or 78,000 lb (35,000 kg) of cargo
•Length: 124 ft 3 in (37.9 m)
•Wingspan: 110 ft 4 in/132 ft 7 in (33.6 m/40.4 m)
•Height: 43 ft 4 in (13.2 m)
•Wing area: 1,740 ft² (162 m²)
•Empty weight: 105,000 lb (47,600 kg)
•Max takeoff weight: 216,680 lb (98,286 kg)
•Powerplant: 4× Pratt & Whitney JT8D-17 turbofans, 16,000 lbf (72,5 kN) each

Performance
•Maximum speed: 465 knots (861 km/h)
•Range: 2,600 nm (4,810 km)

FEARLESS Corvette Singapura

FEARLESS Corvette Singapura

Singapore Technologies Marine Ltd (ST Marine), bagian dari Singapore Technologies Engineering, membangun 12 unit kapal patroli kelas Fearless untuk angkatan laut Singapura (RSN).

Enam kapal dari kelas ini, Fearless (94), Brave (95), Courageous (96), Gallant (97), Resilience (98) dan Unity (99), dipersenjatai dengan senjata untuk misi peperangan anti kapal selam. Enam lainnya, Resilience (82), Unity (83), Sovereignty (84), Justice (85), Freedom (86) dan Independence (87), merupakan kapal patroli. 

Kapal patroli dengan konstruksi monohull baja, round bilge semi-displacement hull, rangka depan V-shaped. Superstruktur dibangun dari marine grade light alloy. Rancangan kapal dapat direkonfigurasi untuk menerima berbagai jenis perangkat sensor, sistem persenjataan sesuai dengan kebutuhan operasional.
PERSENJATAAN

Meriam utama versi kapal patroli berupa Super Rapide Gun 76mm dari Oto Melara, dan senapan mesin caliber 12,7mm dari Chartered Industial Singapore.

Enam kapal pertama dilengkapi dengan tiga tabung luncur torpedo 324mm jenis B515 dari Whitehead Alenia. Sistem pertahanan udara berupa rudal permukaan-ke-udara Mistral jenis Simbad dari MBDA, yang dipasang pada stern deck. Untuk enam unit kapal kedua dikonfigurasikan untuk peperangan permukaan. Awalnya dipersenjatai dengan rudal anti-kapal permukaan jarak menengah Gabriel II dari IAI, namun kemudian dibatalkan.

PERLINDUNGAN
Peluncur decoy Shield III dari BAE SYSTEMS, membawa tiga modul roket terpasang pada sudut elevasi 30°. Peluncur ini dapat dipersenjatai dengan berbagai jenis amunisi decoy termasuk chaff rocke P8.

Radar penerima peringatan (RWR/Radar Warning Receiver) NS 9010C dari Elisra, Israel, memiliki kemampuan mendeteksi dan menganalisa secara cepat atas transmisi radar pihak lawan dan memiliki penampilan instantaneous frequency measurement (IFM), instantaneous direction finding (IDF) dan analisa ancaman.

Selain itu dilengkapi juga dengan perangkat sensor MSIS optronic director dari El-Op, Israel, untuk mengendalikan penembakan meriam utama. MSIS termasuk thermal imager gelombang panjang, kamera TV dan laser rangefinder/designator.

Radar sapu permukaan dan kendali penembakan EL/M-2228(X) yang beroperasi pada E dan F band dari Elta Electronics Industries, Israel. EL/M-2228(X) merupakan radar surveillance dan gunnery dengan kemampuan pulse doppler radar search dan threat alert pada X band. Secara simultan melakukan deteksi target permukaan dan udara dengan mode operasi track while scan dan splash spotting while scanning. Selain itu
juga terdapat radar navigasi yang beroperasi pada I band.

Kapal jenis anti-kapal selam dilengkapi juga dengan sonar aktif bawah air frekuensi menengahTSM 2363 Gudgeon dari Thales Underwater Systems.

PROPULSI.
Versi kapal patroli menggunakan dua mesin disel MTU 12V 595 TE 90 yang terhubung dengan ZF gear boxes. Dilengkapi dengan MTU Ship Control Monitoring and Management System (SCMMS). Dilengkapi juga dengan sistem twin waterjet dari KaMeWa, Swedia, untuk meningkatkan daya maneuver termasuk operasi diperairan dangkal.

Senin, 11 Juli 2011

Grumman F11F Tiger

Grumman F11F Tiger

Pada saat F9F Cougar melakukan terbang perdana pada tanggal 20 September 1950, Grumman sebenarnya sudah mulai merancang jet tempur baru untuk menggantikan F9F Panther dan F9F Cougar. Fighter baru yang memiliki kemampuan terbang supersonik tersebut adalah F11F Tiger yang kemudian melakukan terbang perdana pada tanggal 30 Juli 1954.

F11F Tiger adalah fighter yang cukup mudah untuk diterbangkan dan mudah untuk dirawat, Namun mesin turbojet Wright J65 yang digunakan oleh pesawat ini ternyata sering mengalami masalah dan kurang bertenaga sehingga mengurangi jarak tempuh dan kemampuan terbang F11F. Sebagai akibatnya pesawat ini hanya diproduksi sebanyak 200 unit dan hanya digunakan sebagai fighter selama empat tahun saja, yaitu dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1961 dan kemudian digantikan oleh F-8 Crusader.

Dianggap tidak layak sebagai fighter, F11F Tiger kemudian digunakan sebagai pesawat latih sampai dengan tahun 1967. Namun pesawat ini memiliki kemampuan manuver yang cukup baik sehingga kemudian digunakan oleh team aerobatik Blue Angels mulai tahun 1957 sebelum akhirnya digantikan oleh F-4 Phantom pada tahun 1969.

Specifications (F11F-1) :
Crew : 1
Length : 14.31 m
Wingspan : 9.64 m
Height : 4.03 m
Empty weight : 6,091 kg
Maximum take-off weight : 10,052 kg
Powerplant : 1 x 7,450 lb (3,379 kg) thrust Wright J65-W-18 turbojet engine
Maximum speed : 1,207 km/h
Range : 2,044 km
Service ceiling : 12,770 m
Rate of Climbing : 1,565 m/minute
Armament : 4 x 20mm cannons and 4 x AIM-9 Sidewinder air-to-air missiles

KRI Karel Satsuit Tubun (356)

KRI Karel Satsuit Tubun (356)

KRI Karel Satsuit Tubun adalah Fregat kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut. Dinamai menurut Karel Satsuit Tubun, salah seorang pahlawan nasional.

KRI Karel Satsuit Tubun merupakan kapal fregat eks-Angkatan Laut Belanda bernama HNLMS Isaac Sweers (F814) yang kemudian dibeli oleh Indonesia. Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli. Dibangun tahun 1967 oleh Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980. Termasuk di antaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) Mistral menggantikan Sea Cat.

Senjata
2x2 - Rudal Darat ke Udara -Sea Cat
1 Pucuk Meriam - OTO-Melara Compact Kaliber 76 mm ; kecepatan tembakan 85 peluru per menit
2x4 - Rudal anti Kapal perang RGM-84 Harpoon - berpemandu Active radar homming
4x - Torpedo Honeywell Mk 46 Kaliber 533 mm berkemampuan SUT (Surface & Underwater Target)
2x - Senapan Mesin Berat browning kaliber 12,7 mm

Perangkat elektronik
Radar
Radar kontrol tembakan
Sonar
Decoy

Pembuat: Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda
Mulai dibuat: 1967
Diluncurkan:
Nama sebelumnya: HNLMS Isaac Sweers (F814)
Status: Masih bertugas

Karakteristik umum
Berat benanam: 2.200 ton standar
2.850 ton beban penuh
Panjang: 113,4 m (372,05 ft)
Lebar: 12,5 m (41,01 ft)
Draught: 5,8 m (19,03 ft)
Tenaga penggerak: s shaft, geared steam turbines 2 boilers, 30.000 hp
Kecepatan: 28,5 knot
Jarak tempuh: 4.500 nm pada 18 knot
Awak kapal: 251 orang
Persenjataan: 2x2 - Rudal Darat ke Udara -Sea Cat
1 Pucuk Meriam - OTO-Melara Compact Kaliber 76 mm ; kecepatan tembakan 85 peluru per menit
2x4 - Rudal anti Kapal perang RGM-84 Harpoon - berpemandu Active radar homming
4 x Torpedo Honeywell Mk 46 Kaliber 533 mm berkemampuan SUT (Surface & Underwater Target)
2 x Senapan Mesin Berat browning kaliber 12,7 mm