Kamis, 23 Desember 2010

KRI Fatahillah (361)

KRI Fatahillah (361)

Karier (ID)
Pembuat: 'Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda

Mulai dibuat:
Diluncurkan: 1979
Status:
Karakteristik umum
Berat benanam:
1.450 ton
Panjang: 83.85 m (275,10 kaki)
Lebar: 11.10 m (36,42 kaki)
Draft: 3.30 m (10,83 kaki)

Tenaga penggerak: 2 shaft, masing-masing 8.000 bhp
Kecepatan: 21 knot
Awak kapal: 82 orang

KRI Fatahillah (361) merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL. Dinamai menurut Fatahillah, salah seorang Pahlawan Nasional yang berjasa merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan menamainya Jayakarta. Tanggal kemenangan tersebut saat ini menjadi tanggal lahir kota Jakarta.
KRI Fatahillah merupakan sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1979 khusus untuk TNI-AL. Bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.
Termasuk dalam kelas Fatahillah antara lain KRI Malahayati (362), dan KRI Nala (363).

Data Teknis
KRI Fatahillah memiliki berat 1450 ton dan berdimensi 83,85 meter x 11,10 meter x 3,30 meter. Dua mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 boost gas turbine dengan 22.360 shp yang sanggup mendorong hingga kecepatan 30 knot melengkapi kapal berawak maksimal 82 pelaut ini
.
Persenjataan
KRI Fatahillah dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :
1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 Km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
2. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120mm (4.7 inchi) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 Km dengan sistem pemandu tembkan Signaal WM28.
3. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
4. 12 torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
5. Mortir anti kapal selam Bofors ASR 375mm laras ganda.
Sensor dan elektronis
KRI Fatahillah diperlengkapi radar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Serta pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menngunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy.

Operasi
Bersama KRI Cut Nyak Dien, KRI Karel Satsuit Tubun, KRI Sultan Thaha Syaifuddin, KRI Teuku Umar, KRI Silas Papare dan KRI Badik, KRI Fatahillah melakukan operasi Sekat 01/2004 yang merupakan operasi pengamanan selat Malaka. Operasi ini dimaksudkan mengamankan Selat Malaka dari penyelundupan senjata dan perompakan.
Tanggal 8 sampai 2 Mei 2004 KRI Fatahillah mengikuti Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, sebelah selatan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dengan area latihan meliputi Laut Jawa dan Selat Sunda. Dalam Latihan ini KRI Fatahillah menembakkan sebuah peluru kendali MM-38 Exocet ke eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 hingga tenggelam.
Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 dalam latihan Dalla-2002, KRI Fatahillah menembakkan rudal MM-38 Exocet yang seharusnya sudh kadaluwarsa, namun berhasil diretrofit oleh teknisi TNI-AL.
KRI Fatahillah terlibat dalam latihan gabungan TNI AL-US Navy, CARAT-8/02 yang diadakan pada 27 Mei - 3 Juni 2002. CARAT (Coorperation Afloat Readiness and Training) adalah bantuan latihan militer Amerika terhadap militer negara sahabat di Asia Tenggara. Latihan CARAT ini berlangsung di perairan Laut Jawa, selat Bali dan Situbondo.
KRI ini juga ikut mencari puing-puing pesawat Adam Air Penerbangan 574 yang hilang pada 1 Januari 2007.

MiG-17 Fresco TNI

MiG-17 Fresco: Si Perontok Phantom


Tengah hari bolong, 9 Maret 1960, sebuah MiG-17F Fresco dari skadron udara 11 AURI, menukik ke arah Istana Merdeka. Sejurus kemudian rentetan tembakan terdengar memecah udara siang yang panas itu. Berondongan peluru menghunjam ke beberapa bagian Istana. Asalnya dari moncong kanon 23 mm Fresco bernomor 1112 yang diterbangkan Letnan II Penerbang Daniel Maukar. Untungnya Presiden Soekarno sedang tak berada di Istana ketika itu.
Berbagai spekulasi memang merebak di balik insiden yang mencoreng AURI tersebut. Yang jelas, Letnan Daniel memang sudah merencanakan aksi nekatnya itu. Ia bahkan sudah menetapkan target dan jalur pelarian. Begitu lepas landas dari bandara Kemayoran, ia membawa pesawatnya memutar menuju Plumpang, mencoba menembak depot minyak milik Shell, setelah itu banting setir ke kanan menuju Istana Merdeka. Dari sana, Daniel ngebut ke Bogor untuk memberondong Istana Bogor, baru kemudian kabur ke arah Garut. Ia mendarat darurat di pesawahan di daerah Kadungora, Garut, untuk tak lama kemudian ditangkap aparat keamanan.

Meskipun gagal meledakkan depot minyak Shell, serta hanya menyebabkan lecet tak berarti di Istana Merdeka, dan menuai cercaan, tapi banyak kalangan penerbang mengakui bahwa aksi itu hanya bisa dilakukan oleh pilot brilian, mengingat tingkat kesulitan manuver-manuver yang harus dilakukannya. Sekaligus juga sebagai ajang pembuktian kemampuan manuver MiG-17F Fresco, yang disebut-sebut sebagai penempur lincah ini.

Tapi ironis juga, mengingat Fresco yang masuk jajaran AURI tersebut adalah pesawat gres yang baru didatangkan dari Uni Soviet dalam rangka persiapan Operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Alih-alih menunjukkan kehebatannya dalam Palagan Irian, yang tak kesampaian karena konflik akhirnya diakhiri di meja diplomasi, justru Fresco unjuk gigi menembaki Istana sendiri.
Fresco termasuk di antara jajaran pesawat tempur modern (pada saat itu) yang pernah dimiliki angkatan udara Indonesia. Datang dalam satu paket bersama MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain, sebagai hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet. Mulai masuk AURI pada 1960 dan pensiun pada 1969, usia operasional yang sangat singkat untuk sebuah jet tempur.
Kelahiran Fresco
MiG-17 yang oleh pihak NATO dijuluki “Fresco” dibuat oleh Mikoyan-Gurevich, salah satu pabrikan pesawat perang tersukses di Uni Soviet. Pesawat yang dirancang sebagai fighter ini, merupakan penyempurnaan dari pendahulunya, MiG-15 Fagot. Dari bentuk dan spesifikasi, nyaris semuanya mirip dengan “kakak”nya itu. Kecuali semacam sirip kecil yang membelah sayap. Pada Fagot, sirip itu hanya dua, sementara di Fresco ada tiga.

Kelahiran jet tempur berkecepatan subsonik ini, sedikit banyak juga dipicu dengan kehandalan F-86 AVON Sabre, buatan Amerika, yang jadi seteru bebuyutannya Soviet. Pada perang Korea, terbukti Sabre lebih ampuh dan mampu mengatasi kegesitan MiG-15. Belajar dari kekurangan MiG-15 itulah, kemudian Soviet mulai merancang Fresco.
Pada dasarnya, pesawat ini dirancang sebagai pesawat penempur (fighter), yang nantinya bakal ditugaskan meladeni penempur-penempur Amerika. MiG-15 sendiri secara struktur aerodinamisnya sebenarnya sudah sangat memenuhi syarat dan sudah teruji kegesitannya di kancah perang udara. Maka itu, dari sisi rancang bentuk aerodinamika, tak banyak pengembangan yang dilakukan. Bahkan mesinnya pun sama-sama menggunakan mesin Klimov VK-1.
Prototipenya yang dinamai SI terbang perdana pada Januari 1950. Dua bulan kemudian, SI mengalami kecelakaan terbang saat uji coba. Itu membuat para insinyur MiG bekerja keras, mengevaluasi kembali titik-titik lemah SI, dan memperbaiki kekurangan tersebut. Hasilnya memuaskan. Prototipe selanjutnya, SI-2, berhasil melalui rangkaian uji terbang. Meski dengan mesin sama, pesawat baru ini terbukti mampu terbang lebih cepat dari pendahulunya, dan memiliki kemampuan manuver jauh lebih baik saat terbang tinggi (high altitude).
Produksi pertama dimulai pada September 1951. Generasi pertama Fresco dirancang sebagai penempur subsonik siang, dan memiliki tiga kanon untuk persenjataannya. Dua kanon NR-23 kaliber 23 mm (100 rounds) serta satu NR-37 kaliber 37 mm (40 rounds). Persenjataan itu ditempatkan di bawah moncong pesawat, persis di bawah air intake. Selain itu, Fresco juga mampu menggendong bom 100 kg, yang dicantelkan di bawah sayapnya. Itu membuat pesawat ini juga bisa berfungsi sebagai fighter-bomber. Namun pada prakteknya, cantelan bom tersebut lebih sering dipakai untuk mengangkut tangki bahan bakar cadangan (external tanks).

MIG-17 Uni Soviet
Dalam pengembangannya, Fresco memiliki sejumlah varian dengan penambahan kemampuan atau konversi fungsi. Seperti pada varian MiG-17P yang dilengkapi radar Izumrud-1 (RP-1), yang dirancang sebagai pesawat pencegat (interceptor). Varian ini juga dirancang sebagai penempur segala cuaca (all weather fighter). Pengembangan lain melahirkan varian MiG-17F, yang mesin VK-1F nya sudah mengadopsi teknologi afterburner, yang membuat pesawat melejit lebih cepat. Sementara varian MiG-17PM, sudah mampu menggendong empat misil udara ke udara jenis K-5 (AA1-Alkali), tapi konsekuensinya tak punya kanon. Varian ini juga dilengkapi radar pembidik pesawat lawan. Varian lain difungsikan sebagai pesawat pengintai.
Pengalaman Perang
Meski dirancang untuk menandingi F-86 Sabre, toh Fresco tak sempat diterjunkan ke kancah perang Korea di tahun 50-an. Padahal, dalam kancah perang di semenanjung Korea itulah Sabre merajalela, menerkam pesawat-pesawat MiG-15 Korea. Bentrokan antara Fresco dan Sabre, dilaporkan pertama kali terjadi di selat Taiwan. Saat itu, Fresco milik angkatan udara Cina terlibat dule udara dengan F-86 Sabre Taiwan.
Fresco sendiri baru meraih nama harum ketika terjun di palagan udara Vietnam. Dengan joki-joki handal dari VPAF (angkatan udara Vietnam Utara), Fresco menjadi momok menakutkan bagi pilot-pilot angkatan udara maupun angkatan laut Amerika. Padahal, di situ Fresco menghadapi lawan yang jauh lebih modern, semacam F-4 Phantom dan jet serang darat F-105 Thunderchief. Padahal lagi, kedua pesawat andalan Amerika itu punya kelebihan mampu terbang super sonik, sementara Fresco “cuma” pemburu sub-sonik. Namun, pilot-pilot VPAF mampu memaksimalkan kelincahan Fresco, sehingga banyak pesawat Amerika yang rontok dibuatnya. Terutama pada periode awal-awal perang. Top ace VPAF untuk pilot MiG-17 adalah Nguyen Van Bay, yang berhasil merontokkan 7 pesawat Amerika. Di antara pesawat yang dijatuhkan Van Bay, ada satu Phantom dan satu Thunderchief.

Pesawat pencegat yang pernah jadi andalan angkatan udara Blok Timur (Pakta Warsawa) ini, sebagian besar sudah pensiun dari operasional. Namun begitu, masih ada pula negara yang mengoperasikan Fresco hingga kini. Sebagian besar adalah negara-negara Afrika, semacam Sudan, Angola, Mali, dan lain-lain. Korea Utara juga masih mengoperasikan pencegat lincah ini. Sementara Indonesia, sejak akhir 1969 silam sudah memensiunkan Fresco. Kini, sosok Fresco yang bulat terpajang menjadi koleksi museum dirgantara dan menjadi monumen di pangkalan udara TNI-AU. (Aulia Hs)
Spesifikasi:
• Crew: One
• Length: 11.36 m (37 ft 3 in)
• Wingspan: 9.63 m (31 ft 7 in)
• Height: 3.80 m (12 ft 6 in)
• Wing area: 22.6 m² (243.2 ft²)
• Empty weight: 3,930 kg (8,646 lb)
• Loaded weight: 5,354 kg (11,803 lb)
• Max takeoff weight: 6,286 kg (13,858 lb)
• Powerplant: 1× Klimov VK-1F afterburning turbojet, 33.1 kN with afterburner (7,440 lbf)
Performance
• Maximum speed: 1,144 km/h at 3,000 m (711 mph at 10,000 ft (3,000 m))
• Range: 1,080 km, 1,670 km with drop tanks (670 mi / 1,035 mi)
• Service ceiling: 16,600 m (54,500 ft)
• Rate of climb: 65 m/s (12,795 ft/min)
• Wing loading: 237 kg/m² (48 lb/ft²)
• Thrust/weight: 0.63
Armament
• 1x 37 mm Nudelman N-37 cannon (40 rounds total)
• 2x Nudelman-Rikhter NR-23 cannons (80 rounds per gun, 160 rounds total)
• Up to 500 kg (1,100 lb) of external stores on two pylons, including 100 kg (220 lb) and 250 kg (550 lb) bombs or fuel tanks.

F4F Wildcat

F4F Wildcat

F4F Wildcat yang masih bersaudara dengan F6F Hellcat juga diandalkan untuk menghadapi pesawat-pesawat Zero Jepang. Meskipun kecepatan Wildcat masih berada di bawah Zero tetapi kemampuan manuvernya sangat mumpuni sehingga pilot-pikot senior US NAVY bisa mudah menghancurkan Zero. Sebagai pesawat penyergap yang dioperasikan US Navy, Wildcat dipersenjatai sejumlah senapan mesin Browning caliber 12.7 mm dan dua bom berbobot 45 kg. Kehandalan Wildcat terbukti setelah pilot US Navy, Letnan Edward O’Hare berhasil menembak jatuh 5 pesawat Zero dan sekaligus menjadi ace pertama di kalangan US Navy. 

Specifications (F4F):
Engine: 1200hp Pratt & Whitney R-1830-36 Twin Wasp, 14-cylinder radial piston engine
Weight: Empty 5760 lbs, Maximum Takeoff 7950 lbs.
Wing Span: 38ft. 0 in.
Length: 28ft. 9in.
Height: 9ft. 2.5in.
Performance:
Maximum Speed at 20,000ft: 318mph
Cruising Speed: 155mph
Service Ceiling: 39,500ft
Initial Climb Rate: 1950 feet/min.
Range: 770 miles
Armament:
Six 12.7-mm (0.50 in) Browning machine guns (FM-2 had four guns);
Two 100-lb bombs (FM-2 could carry two 250-lb bombs).
Number Built: 7,885 (All production variants)

McDonnell F2H Banshee

McDonnell F2H Banshee
1947

Role: Carrier-based fighter aircraft
National origin: United States
Manufacturer: McDonnell Aircraft
First flight: 11 January 1947
Introduced: August 1948
Retired: 1959 USN, USMC; 12 September 1962 RCN; 1964 USNR
Primary users: United States Navy; United States Marine Corps; Royal Canadian Navy
Number built: 895
Developed from: FH Phantom

McDonnell F2H Banshee merupakan pesawat jet fighter berbasis kapal induk militer, yang digunakan oleh AL Amerika Serikat 1948-1959 dan AL Royal Kanada dari 1955 sampai 1962. Banshee memiliki sayap tak tertekuk, satu kursi, dan dua mesin. Bersama-sama dengan F9F Panther, Banshee merupakan salah satu Pesawat Tempur satu kursi utama USN selama Perang Korea. Nama pesawat ini berasal dari nama "perempuan peri" di mitologi Celtic. Bila raungan dari Banshee terdengar, maka kematian akan datang.

Desain dan Pengembangan

Banshee merupakan pengembangan dari FH Phantom, meskipun telah direncanakan sebelum Phantom mulai diproduksi. Dasar desainnya adalah untuk memperkuat dan memperbesar Phantom, dengan sepasang mesin turbojet Westinghouse, masing-masing meningkatkan daya 1600-3000 lbf (7 kN sampai 13 kN), penambahan kapasitas bahan bakar, penggantian senapan 0,5inci (12,7 mm) standar Perang Dunia II menjadi senapan 20 mm, dan kemampuan tambahan untuk membawa bom, roket atau misil.

Sebuah maket untuk pesawat tempur baru, XF2D-1, telah dibuat pada bulan April 1945. Proyek bertahan hingga akhir perang, tetapi pengembangannya sangat lambat dan purwarupa pertama dari tiga purwarupa belum dibuat sampai akhir 1946. Pesawat melakukan penerbangan pertama pada 11 Januari 1947 dari Lapangan Terbang Lambert, St Louis, Missouri; pilot tesnya adalah Woodward Burke. AL AS mengganti nama pesawat menjadi XF2H-1 dari lambang "D" yang sudah ditetapkan untuk Perusahaan Pesawat Douglas. Setelah beberapa masalah pada ekor pesawat terselesaikan, sebanyak 56 pesanan didapatkan pada Mei 1947.

F2H-1 dikirim pertama kali pada bulan Agustus 1948 untuk evaluasi oleh pilot AL. Relatif terhadap XF2D-1, bodi pesawat diperpanjang 14 inci (0,36 m) di depan sayap untuk menambah kapasitas bahan bakar 351 US gallons (1330 L). F2H-1 yang telah dipasangi dengan mesin lama 3150 lbf (14 kN) setelah mesin tersedia.

Meskipun AL AS menerima F2H-1, tetapi F2H-2 yang lebih bagus paling banyak digunakan; 306 dari varian ini dibuat. Dengan mesin baru 3.250 lbf (14,5 kN), kinerjanya semakin baik. Sayapnya juga dimodifikasi untuk menambah jumlah pylons (tiang) senjata dan tangki bahan bakar ujung sayap 200 US galon (757 L). Berbeda dengan F9F kontemporer Panther, tangki bahan bakar ujung sayap milik Banshee dapat dibongkar-pasang, meskipun kebanyakan sejarah menampilkan foto pesawat terbang dengan tangki terpasang.

F2H-2 merupakan dasar untuk tiga varian kecil dari Banshee. 2B-F2H mempunyai sayap yang diperkuat untuk dapat membawa senjata nuklir kecil, walaupun misi ini tidak pernah dilaksanakan. Total 35 telah dibuat. F2H-2n merupakan varian pesawat tempur malam yang dipasangi dengan hidung yang lebih panjang 2 ft, 10 in (0,86 m) untuk mengakomodasi peralatan radar internal; 14 pesawat dibuat. F2H-2P merupakan versi intai-foto dengan enam kamera yang berada di hidung 2 ft, 5 in (0,74 m); pesawat ini merupakan pesawat jet intai pertama yang digunakan oleh USN. 81 pesawat dibuat.

F2H-3 adalah varian terakhir yang memiliki perubahan signifikan. Bodi pesawatnya diperpanjang 8 kaki (2,4 m) untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar internal, dari US 877 galon (3320 L) ke 1102 US galon (4172 L), sehingga pesawat terbang dapat menyelesaikan berbagai misi tanpa pemakaian tangki bahan bakar ujung sayap. Stabiliser horizontal dipindahkan dari ekor vertikal ke badan pesawat dan memakai dihedral signifikan. Banshee yang juga dipasangi dengan peralatan radar Westinghouse, memungkinkan pesawat dapat digunakan untuk misi di semua cuaca, dan senapan telah dipindahkan ke bawah dan belakang dari hidung untuk mengakomodasi radar. Perubahan ini menyebabkan pesawat ini tampak berbeda dari para pendahulu. 250 F2H-3 dibuat.

Varian terakhirnya adalah F2H-4. Pesawat ini mempunyai radar Hughes untuk menggantikan radar Westinghouse, dan juga memiliki mesin yang sedikit lebih kuat 3.600 lbf (16,0 kN). F2H-4 sangat mirip dengan F2H-3 dari luat. 150 pesawat dibuat.

Sebuah pesawat usulan, varian intai-foto F2H-3P dibatalkan sebelum diproduksi. Tidak seperti kebanyakan pesawat jet awal lainnya, tidak ada versi dua tempat duduk pesawat ini yang pernah dibuat.

Produksi berakhir pada bulan September 1953 setelah total 895 pesawat terbang dihasilkan. F2H-3 dan F2H-4 diberi nama baru F-2C dan F-2D masing-masing di bawah sistem penamaan 1962. Nama F-2A dan F-2B awalnya dirujuk untuk F2H -1 dan F2H-2, tetapi varian ini sudah tidak lagi beroperasi. Tidak ada Banshees yang terbang di bawah nama baru; pesawat terakhir yang beroperasi untuk USNR telah dipensiunkan dan disimpan di dalam gudang sebelum penamaan baru ini berlaku.

Specifications (F2H-3)

General characteristics
•Crew: 1
•Length: 48 ft 2 in (14.68 m)
•Wingspan: 41 ft 8.8 in (12.72 m)
•Height: 13 ft 11 in (4.24 m)
•Wing area: 294 ft² (27.31 m²)
•Empty weight: 13,183 lb (5,980 kg)
•Max takeoff weight: 28,500 lb (12,930 kg)
•Powerplant: 2× Westinghouse J34-WE-34 turbojets, 3,250 lbf (14.5 kN) each

Performance
•Maximum speed: 527 mph (458 knots, 848 km/h) at 10,000 ft (3,100 m)
•Range: 1,716 mi (1,491 nm, 2,672 km)
•Service ceiling: 46,500 ft (14,173 m)
•Rate of climb: 5,900 ft/min (30 m/s) from sea level

Armament
•Guns: 4× 20 mm (0.787 in) Colt Mk 16 cannon, 150 rounds/gun
•Rockets:
o8× 60 lb High Explosive rockets or
o6× 500 lb bombs and 2× 60 lb H.E. rockets
•Missiles: 2× AIM-9 Sidewinder missiles (in RCN service)

McDonnell F3H Demon

McDonnell F3H Demon
1951

Role: carrier-based fighter
Manufacturer: McDonnell Aircraft Corporation
First flight: 07 August 1951
Introduced: 07 March 1956
Retired: 1964
Primary user: United States Navy

McDonnell F3H Demon adalah pesawat jet tempur berbasis kapal induk milik AL AS. Pesawat ini adalah suksesor dari F2H Banshee, setelah mengalami beberapa masalah, pesawat ini beroperasi dari 1956 – 1964.

Pengembangan

Pengembangan pesawat dimulai pada tahun 1949. Pesawat terbang dirancang dengan satu mesin Westinghouse J40, yang memiliki daya dorong lebih dari 11.000 lbf (49 kN)- tiga kali kekuatan mesin milik Banshee. Pesawat ini adalah yang pesawat produksi McDonell pertama yang memiliki sayap tertekuk dan menjadi salah satu pesawat AS pertama yang memiliki senjata misil.

Purwarupanya terbang pertama kali pada 7 Agustus 1951 oleh pilot tes Robert Edholm, dan tes penerbangan pertama untuk desain operasional pada Januari 1953. Mesinnya sangat mengecewakan karena hanya mampu menghasilkan setengah dari tenaga yang diharapkan. Parahnya, mesinnya mudah rusak dan tidak stabil. Dari 35 pesawat F3H-1N yang bermesin J40, delapan diantaranya mengalami kecelakaan besar. Pesawat dengan mesin J40 dipensiunkan dan mesin baru dicari. Versi pesawat intai F3H-1P tidak pernah dibuat.

Alternatif mesin terbaik adalah Allison J71 yang juga digunakan untuk pesawat B-66 Destroyer. Setelah F3H ini menggunakan mesin ini namanya berubah menjadi F3H-2n. Penggunaan mesin memerlukan sebuah sayap yang lebih besar dan badan pesawat didesain ulang. Dalam pengoperasian, J71 terbukti bermasalah, tenaganya kurang untuk pesawat seukuran Demon. Mesin juga sering mengalami kebakaran dan kemacetan kompresor. Demon dengan mesin J71 terbang pertama pada Oktober 1954. Masalah besar lainnya adalah keandalan kursi lontar: versi awal ditemukan kurang bisa diandalkan dan akhirnya diganti dengan kursi lontar Martin-Baker yang menjadi standar AL karena kinerja tinggi pada ketinggian rendah.

Walaupun ada masalah, AL memesan 239 F3H-2S, dan pertama kali dikirim pada bulan Maret 1956. 519 Demons dibuat hingga akhir produksi pada November 1959. Pesawat ini bukanlah yang pesawat interseptor pertama yang memakai radar semua cuaca (Radar AN/APG-51 pertama kali dipasang pada F2H-4 Banshee). F3H-2 Demon mempunyai AN/APG-51A, kemudian di-upgrade ke versi 51-B dengan tuneable magnetron kemudian menjadi versi 51-C dengan countermeasures yang lebih baik di receiver.

Standar senjata F3H-2N adalah empat kanon Colt Mk 12 20 mm. Pada tahun berikutnya dua kanon dilepas untuk menjaga berat. Pada model selanjutnya, F3H-2M, telah dilengkapi Raytheon AAM-N-2 Sparrow dan kemudian misil udara-ke-udara Sidewinder. Pesawat yang dioperasikan membawa kedua jenis misil tersebut. Kanon tidak digunakan dalam aplikasi pertahanan udara kapal induk, tetapi terpasang apabila situasi memaksa(seperti Krisis misil Kuba), dan ketika pesawat terbang digunakan untuk menyerang sasaran permukaan.

Sebuah versi intai, F3H-2P, telah diusulkan, tetapi tidak pernah direalisasikan.

Pesawat ini tetap menjadi garis depan AL AS sampai 1962, ketika ia digantikan oleh F-4 Phantom II (yang merupakan pengembangan "Super Demon" yang diusulkan, merupakan versi F3H yang lebih besar dan lebih berat; konsep ini muncul di abad ke-21 dengan F/A-18E/F Super Hornet, yang merupakan versi lanjut dari F/A-18 Hornet). Walaupun dikembangkan selama Perang Korea, pesawat ini sama sekali tidak terlibat pada perang tersebut, meskipun terbang di atas Quemoy dan Libanon pada tahun 1958.

Pada tahun 1962, F3H diberi nama ulang menjadi F-3. F3H-2N menjadi F-3C, F3H-2M menjadi MF-3B dan F3H-2 menjadi F-3B.

Demon terakhir beroperasi untuk skwadron, VF-161 'Chargers', F-3 mereka digantikan dengan F-4 Phantom II pada bulan September 1964.

Karena visibilitas dari kokpit yang luar biasa, Pesawat ini diberi julukan "The Chair." Pilot pesawat ini dijuluki "Demon Driver" dan orang-orang yang bekerja pada pesawat ini dikenal sebagai "Demon Dokter". Rasio bobot-kekuatan mesin yang kurang memberikan julukan yang jelak buatnya "lead sled” terkadang diperpendek menjadi "sled".
Varian

XF3H-1 : Prototypes. Two built.
F3H-1N: Single-seat fighter version. This was the first production model.
F3H-1P : Proposed reconnaissance version. Never built.
F3H-2: Single-seat strike fighter version. Resignated F-3B in 1962.
F3H-2N: Improved single-seat fighter version. Redesignated F-3C in 1962.
F3H-2M: Single-seat fighter version. It was armed with four AIM-7 Sparrow air-to-air missiles. Redesignated MF-3B in 1962.
F3H-2P: Proposed reconnaissance version. Never built.
F3H-3: Proposed version. Never built.

Specifications (F3H-2)

General characteristics
•Crew: 1
•Length: 59 ft 0 in (17.98 m)
•Wingspan: 35 ft 4 in (10.77 m)
•Height: 14 ft 7 in (4.45 m)
•Wing area: 442 ft² (41.1 m²)
•Empty weight: 21,287 lb (9,656 kg)
•Loaded weight: 31,145 lb (14,127 kg)
•Max takeoff weight: 39,000 lb (17,700 kg)
•Powerplant: 1× Westinghouse J40-WE-22 turbojet, 14,400 lbf (64 kN)

Performance
•Maximum speed: 716 mph (622 knots, 1,152 km/h)
•Range: 1,800 mi (1,600 nm, 2,900 km)
•Service ceiling: 42,650 ft (13,000 m)
•Rate of climb: 14,350 ft/min (72.9 m/s)
•Wing loading: 60 lb/ft² (293 kg/m²)
•Thrust/weight: 0.46

Armament
•Guns: 4× 20 mm (0.787 in) Colt Mk 12 cannons, 150 rounds/gun
•Missiles: 4× AIM-7 Sparrow
•Bombs: 6,000 lb (2,720 kg) of bombs

Avionics
•AN/APG-51A, B, and C radar

Minggu, 19 Desember 2010

Gloster Gladiator

Gloster Gladiator

Gloster Gladiator (atau Gloster SS.37) adalah pesawat tempur bersayap ganda buatan Britania, digunakan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris (varian Sea Gladiator) dan diekspor ke sejumlah angkatan udara negara lain selama akhir 1930-an. Pesawat ini adalah pesawat tempur bersayap ganda terakhir milik RAF dan langsung terlihat ketinggalan zaman, bahkan sejak pertama kali diperkenalkan, dengan munculnya desain baru sayap tunggal. Meskipun sering beradu dengan lawan yang lebih kuat di hari-hari awal Perang Dunia II, pesawat ini dapat menjalankan tugasnya dalam pertempuran dengan baik.

Pesawat ini beraksi hampir di semua teater Perang Dunia II di sejumlah besar angkatan udara, beberapa di antaranya bahkan merupakan angkatan udara pihak Poros. RAF menggunakannya dalam Pertempuran Perancis, Kampanye Norwegia, Perang Yunani-Italia, Pengepungan Malta, dan Perang Anglo-Irak yang singkat (dengan Angkatan Udara Kerajaan Irak juga memilikinya). Negara-negara lain yang menggunakan Gladiator dalam pertempuran diantaranya adalah Republik Cina saat melawan Jepang; Finlandia (bersama dengan sukarelawan Swedia) saat melawan Uni Soviet dalam Perang Musim Dingin dan Perang Kelanjutan; serta Norwegia, Belgia, dan Yunani saat bertahan dari invasi Poros di masing-masing tanah airnya.

Marmaduke "Pat" Pattle, dari Afrika Selatan, adalah orang dengan ‘’ace’’ tertinggi menggunakan pesawat ini melawan pesawat Italia.

Desain dan pengembangan

Gladiator dikembangkan dari Gloster Gauntlet sebagai usaha privat Gloster. Pesawat dirancang oleh tim H.P. Folland's selama 1933 sebagai turunan Gauntlet untuk memenuhi Spesifikasi F.7/30 (kode spesifikasi Kementerian Udara Britania yang menyaratkan kecepatan 250 mil per jam dan empat senapan mesin). Pesawat memiliki kokpit tertutup satu tempat duduk, penopang roda pendarat dan dua bilah baling-baling yang digerakkan oleh sebuah mesin berpendingin udara Bristol Mercury.

Terbang pertama pada September 1934. Pada 3 April 1935, Angkatan Udara Kerajaan memulai evaluasi-evaluasi operasional. Tiga bulan kemudian, 23 pesawat dipesan, diikuti 186 buah pada September. Versi pertama, Mk I, dikirimkan sejak Juli 1936, beroperasi pada Januari 1937. Mk II segera mengikuti, dengan mesin berbeda dan baling-baling logam dengan tiga bilah dari sebelumnya dua bilah berbahan baku kayu. Sebuah versi modifikasi Mk II, Sea Gladiator, dibangun untuk cabang udara Armada Angkatan Laut Kerajaan, dengan kait penahan untuk mendarat di atas kapal induk. Sejumlah 98 Sea Gladiators dibuat atau diubah, 54 di antaranya masih bertugas saat pecahnya Perang Dunia II pada September 1939.

Pesawat ini merupakan pesawat tempur Britania terakhir yang bersayap ganda dan merupakan pesawat tempur pertama dengan kokpit tertutup. Gladiator memiliki kecepatan maksimum sekitar 257 mil per jam (414 km per jam), bahkan saat diperkenalkan pertama kali, desainnya telah mulai meredup di bawah bayang-bayang generasi baru pesawat tempur bersayap tunggal, seperti Hurricane dan Spitfire.

Total 747 pesawat dibuat (483 RAF, 98 RN; 216 diekspor ke 13 negara, beberapa di antaranya berasal dari pembagian RAF. Gladiator dijual ke Belgia, Republik Cina, Mesir, Finlandia, Perancis, Yunani, Irak, Irlandia, Latvia, Lithuania, Norwegia, Portugal, Afrika Selatan dan Swedia.

Sejarah operasional
Dalam kedinasan RAF, Gladiator kebanyakan sudah digantikan oleh Hurricane dan Spitfire pada saat pecahnya Perang Dunia II, meskipun dua skuadron masih digunakan dalam Pertempuran Perancis dan Kampanye Norwegia. Selanjutnya pesawat ini bertugas dalam kampanye-kampanye tidak penting selama tahun-tahun awal Perang Dunia II. Pesawat tempur klasik ini adalah salah satu pesawat Britania masa sebelum perang yang sukses diekspor, dan bertugas di banyak negara. Gloster Gladiator menunjukkan performa yang baik dalam kedinasan Tentara Finlandia saat melawan pesawat-pesawat tempur Uni Soviet dalam Perang Musim Dingin, namun tampak kalah kelas dari pesawat-pesawat tempur Jerman di teater lainnya. Sea Gladiator yang berpangkalan di kapal induk lebih sukses lagi, karena kecepatan rendahnya membuatnya lebih cocok untuk operasi-operasi kapal induk dan juga kurang kemungkinan berhadapan dengan lawan yang lebih modern. Di Teater Afrika melawan Italia, Gladiator memakan banyak musuh.

Gloster Gladiator mengawali debut pertempurannya pada 24 Februari 1938, saat Gladiator-Gladiator Cina menembak jatuh dua A5M Claude Jepang di daerah Nanjing.[5] Selanjutnya Galdiator-Gladiator Cina memenangi beberapa pertempuran atas pesawat-pesawat tempur Jepang antara 1938-1940 selama Perang Sino-Jepang Kedua. Di Tiongkok Gladiator digunakan secara luas sebelum 1940 dalam Skuadron Ke-28, 29, dan 30 dari Grup Ke-3. Pilot-pilot Cina melihat bahwa Gladiator adalah pesawat tempur yang unggul di kelasnya. Sebagai perbandingan dengan lawan utamnya saat itu, seperti Mitsubishi A5M, Gladiator hanya sedikit lebih lambat dan unggul dalam hampir semua aspek seperti laju belok, dsb. Namun saat pesawat tempur Jepang yang baru, Mitsubishi A6M, memasuki gelanggang, hari-hari Gladiator tinggal hitungan jari. Pilot-pilot Tionghoa kelahiran Amerika, John "Buffalo" Wong dan Arthur Chin masing-masing menjadi ace terbang pertama untuk Gladiator dan ace pesawat tempur Amerika pertama dalam Perang Dunia II, dan termasuk di antara 15 Tionghoa Amerika yang membentuk grup pertama dan asli penerbang tempur sukarelawan Amerika melawan agresi Kekaisaran Jepang di Tiongkok.

Pertengahan 1941, Kepala Staf Udara RAF menawarkan 21 Gloster Gladiator yang diperoleh dari penerbangan meteorologi dan komunikasi di Timur Tengah, dan lima dari satuan-satuan Perancis kepada Singapura untuk memperkuat pertahanan koloni tersebut dari ancaman Jepang. Tawaran tersebut ditolak dan kemudian digantikan oleh Hawker Hurricane.

SS.37
Prototipe.
Gladiator I
Versi yang ditenagai oleh mesin piston radial tunggal berpendingin udara Bristol Mercury IX 840 hp (627 kW). Pesawat diberi nama J 8 dalam dinas Angkatan Udara Swedia. Diserahkan pada 1937-38, 378 dibuat.
Gladiator II
Versi yang ditenagai oleh mesin piston radial tunggal berpendingin udara Bristol Mercury VIIIA. Pesawat diberi nama J 8A dalam dinas Angkatan Udara Swedia, 270 dibuat.
Sea Gladiator Interim
Pesawat tempur sayap ganda dengan tempat duduk tunggal untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris, 38 dibuat. Dilengkapi dengan kait penahan. Nomor serial: N2265 - N2302.
Sea Gladiator
Pesawat tempur sayap ganda dengan tempat duduk tunggal untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris, 60 dibuat. Dilengkapi dengan kait penahan dan digunakan sebagai “sampan” perbekalan. Nomor seri: N5500 - N5549 and N5565 - N5574. 

Tipe Pesawat tempur
Produsen Gloster Aircraft Company, Ltd.
Perancang Henry Phillip Folland
Terbang perdana 12 September 1934
Diperkenalkan 1937
Dipensiunkan 1953 (Portugal)
Pengguna Royal Air Force
Fleet Air Arm
Chinese Nationalist Air Force
Finnish Air Force
Norwegian Army Air Service
Jumlah produksi 747
Acuan dasar Gloster Gauntlet

SVG DRAGUNOV

SVG DRAGUNOV

Senapan runduk Dragunov SVD (Snayperskaya Vintovka Dragunova), merupakan senapan semi otomatis rancangan Evgeniy Fedorovich Dragunov dari Rusia antara tahun 1958 dan 1963. Senapan ini dianggap sebagai senapan penembak tepat militer pertama dengan presisi tinggi dan banyak dipakai oleh kalangan penembak tepat dinegara-negara Eropa Timur.
Kamar peluru SVD kaliber 7.62 x 54R, dengan kecepatan laras 830 meter/detik, senapan ini dapat menggunakan amunisi Mosin Nagant M1891/30, tetapi akan lebih akurat untuk amunisi 7N1 yang memang dirancang untuk senapan SVD. Tahun 1999, amunusi 7N1 diganti dengan 7N14 dengan bobot proyektil 151 grain. Sejauh ini amunisi 7N14 masih belum dipasarkan untuk ekspor.
Jarak mematikan tembakan SVD mencapai 1000 meter, namun jarak tembak yang paling efektif adalah 600 meter.
Standar senapan SVD termasuk scope PSO-1 4x24 dan dengan filter infra-merah pasif bertenaga batere. Terdapat juga reticule yang terdiri dari multiple aiming point (chevrons) untuk pembidikan jarak sampai 1000 meter.
Senapan SVD terus dimodernisir oleh pabrik Izhmash dengan menghilangkan lightening cuts (peredam cahaya) pada kedua sisi receiver. Dengan cara tersebut ternyata senapan lebih efektif dalam menggunakan amunisi dengan tekanan yang lebih tinggi.

Variant:
RUSIA:
• Snayperskaya Vintovka Dragunova Skladnaja (SVDS): versi Linud, dikembangkan pada 1980an. SVDS memiliki popor tubular metal yang dapat ditekuk ke kanan. Pada posisi popor terlipat, senapan tidak dapat ditembakan, panjang laras 590mm.
• SVU: versi bullpup dari SVD dengan laras 520mm, dilengkapi bipod dan flash/sound suppressor.
• SVU-A (SVU dengan kemampuan selective fire).
• Dragunov Tiger: versi sipil dari SVD.
CINA:
• Type 79: Tiruan SVD buatan Norinco.
• Type 85: Penyempurnaan dari Type 79.
• NDM-86: Versi ekspor, tersedia dalam kaliber .308 Winchester atau 7.62x54R.
IRAQ:
• Al-Kadesiah: SVD versi Iraq
POLANDIA:
• SWD-M: versi modernisasi dengan laras yang lebih berat, bipod, scope PCO LD-6x42.

MSG-90

MSG-90

MSG-90 merupakan senapan runduk militer semi-otomatis yang dirancang oleh Heckler & Koch. MSG-90 merupakan standar untuk "Militärisches Scharfschützen Gewehr" (senapan runduk penembak tepat), angka "90" menandai tahun produksi pertamanya. Senapan ini merupakan versi militer dari senapan PSG1, keduanya merupakan kelanjutan dari senapan G3.
Kesamaan antara MSG-90 dan PSG1 pada trigger group (3 lb adjustable trigger pull). Popor pada MSG-90 dapat disetel posisi ketinggiannya (cheek), alas bahu (shoulder), dan lebih kecil dan lebih ringan dari popor PSG1. Sistem pembidik menggunakan sistem rel ‘Weaver’ untuk meletakan pembidik senapan. Rel yang serupa digunakan pada senapan sesri HK21E, 23E, dan G41.
Bobot laras lebih kepada moncongnya untuk membantu keharmonisan kestabilannya untuk meningkatkan akurasinya. Laras semakin panjang dengan adanya tambahan flash suppressor. Senapan ini juga dilengkapi dengan bipod yang dapat disetel ketinggiannya.

Data Teknis:
Kaliber: 7,62x51mm NATO (STANAG 2310)
Kapasitas megasen: 5 atau 20 butir (detatchable box magazine)
Aksi: semi oomatis (roller-delayed blowback)
Berat kosong: 6,4 kg
Panjang: 1165mm
Panjang laras: 600mm
Jarak tembak efektif: 1000 meter

Jagdpanzer IV

Jagdpanzer IV

Jagdpanzer IV adalah kendaraaan lapis baja milik AD Jerman zaman Perang Dunia ke-2. Jagdpanzer IV berfungsi sebagai penghancur tank. Jagdpanzer IV bersenjatakan meriam kaliber 75 mm yang terbukti sangat efektif untuk menghancurkan tank-tank Sekutu macam Sherman atau Phersing. Jagdpanzer IV dibuat dari lambung Tank Panzer IV. Sekitar 940 Jagdpanzer IV pernah dibuat oleh pabrik Vomag dari tahun 1944-1945. Jagdpanzer pernah terlibat berbagai macam pertempuran seperti pertempuran Normandia, Ardennes hingga Berlin. Keefektifan Jagdpanzer IV dalam menghancurkan tank membuat Jerman barat membuat Knonejagdpanzer yang diproduksi setelah Perang Dunia 2.

Data Teknis

Data teknis Jagdpanzer IV:

* Panjang: 8.5 m (termasuk meriam)
* Lebar: 3.17 m
* Tinggi: 1.85 m
* Awak: 4 Orang
* Senjata utama 1x 75 MM Pak 42 L/70 55 rounds
* Senjata tambahan Senapan mesin 7.92 MM
* Mesin HL 120 TRM 300 hp

Tipe Penghancur tank
Negara asal Nazi jerman
Spesifikasi
Berat 24 tonnes (52,910 lbs)
Panjang 6.85 m (22.47 kaki)
Lebar 3.17 m (10.40 kaki)
Tinggi 1.85 m (6 kaki)
Awak 4
Tempur 10-80 mm (.39-3.14 in)
Senjata
utama 1x 7.5 cm PaK 39 L/48
79 rounds
Senjata
pelengkap 1x 7.92 mm Maschinengewehr 34
600 rounds
Jenis Mesin Maybach HL 120 TRM
300 hp (223.71 kW)
Daya kuda/ton 12.5 hp/tonne
Suspensi Leaf springs
Daya jelajah 210 km (130 mpj)
Kecepatan 40 km/h (25 mpj)

Tank Tipe 95 Ha-Go

Tipe 95 Ha-Go

Tipe 95 Ha-Gō (九五式軽戦車 ハ号, Kyugoshiki keisensha Ha-Gō?) (juga dikenali sebagai Tipe 97 Ke-Go) adalah tank ringan yang digunakan oleh Tentara Kekaisaran Jepang dalam operasi-operasi pertempuran selama Perang Sino-Jepang Kedua dan Perang Dunia Kedua. Meskipun sangat lambat untuk sebuah tank ringan, namun cukup teruji dalam menghadapi pasukan infantri lawan dalam kampanye di Manchuria dan Cina, karena Tentara Revolusioner Nasional Cina hanya memiliki sangat sedikit tank atau senjata anti-tank tandingan. Namun begitu, Tipe 95 memiliki lapisan baja atau peralatan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tank-tank sejenis milik sekutu, dan sudah dianggap usang pada awal Perang Dunia II. Lebih dari 2000 buah Tipe 95 diproduksi

Sejarah dan pengembangan

Sejak awal 1930-an, tentara Jepang telah memulai eksperimen perang mekanis yang meng-kombinasikan infantri dengan tank, namun tank medium Tipe 89 I-Go tidak dapat mengimbangi laju infantri yang dimotorisasi yang dapat bergerak hingga 40 km/jam dengan truk. Untuk memecahkan masalah ini, Biro Teknik Angkatan Darat mengusulkan sebuah tank ringan baru dengan kecepatan 40 km/jam dan mulai dikembangkan pada 1933. Prototipe tank baru tersebut selesai pada 1934 di Sagami Arsenal. Kecepatan dan ketipisan lapisan baja yang dimilikinya sama dengan tank penjelajah milik Inggris atau tank BT milik Soviet. Nama kode untuk tank tersebut adalah "Ha-Gō" (ハ号), disebut demikian karena adalah ”tipe ketiga” dari tank yang dikembangkan.

Pada 1935, sebuah pertemuan diadakan di Biro Teknik Angkatan Darat, Tipe 95 dipresentasikan sebagai sebuah tank tempur utama untuk satuan-satuan infantri mekanis. Infantri meragukan lapisan bajanya tidak cukup tebal untuk mendukung pasukan, namun kavaleri menyatakan bahwa kecepatan dan persenjataan yang diperbaiki meng-kompensasi kekurangan tersebut. Pada akhirnya infantri setuju karena Tipe 95 tetap unggul dari satu-satunya alternatif lain, mobil berlapis baja.

Produksi dimulai pada 1935 oleh Mitsubishi Heavy Industries. Pada 1939, 100 unit dibuat. Mitsubishi akan terus membuat hingga 853 buah di pabriknya, dengan 1250 unit lainnya dibuat oleh Sagami Arsenal, Hitachi Industries, Niigata Tekkoshō, Kobe Seikoshō, dan Kokura Arsenal

Tipe 95 adalah pengembangan besar tank dan tanket Jepang, namun segera dilibatkan dalam sebuah program intensif memproduksi varian-varian yang lebih maju seperti model Manshū (Tipe M) yang merupakan turunan langsung dari Ha-Gō. Tipe M identik secara teknis namun dikembangkan untuk digunakan di sekolah tank Tentara Kwantung, di Manchukuo dan direncanakan disediakan dalam jumlah yang jauh lebih besar untuk satuan-satuan lapis baja Tentara Kekaisaran Manchukuo serta diproyeksikan diproduksi massal di negara tersebut.

Pengembangan lainnya adalah tank ringan Tipe 98 Ke-Ni yang memasuki produksi pada 1942 dengan 200 buah dibuat. Turunan ini memiliki lapisan baja lebih baik dan membawa persenjataan terdiri dari satu meriam Tipe 100 37 mm dan dua senapan mesin 7,7 mm.[2]

Tipe 95 juga merupakan basis tank amfibi Tipe 2 Ka-Mi yang membuktikan keandalannya dalam kampanye awal Jepang pada Perang Dunia II.

Mirage IV

Mirage IV mirip tata letak desain untuk para Mirage, yang menampilkan sayap delta berekor dan satu persegi atasnya sirip vertikal. Memiliki dua Snecma turbojet Atar di belakang pesawat, dengan intake udara di kedua sisi pesawat, sangat mirip dengan Mirage III. Dapat mencapai kecepatan supersonik tinggi di Mach 2,2 pada ketinggian karena pembatasan suhu badan pesawat, meskipun memiliki kecepatan yang lebih tinggi. Meskipun pesawat memiliki 14.000 liter (3.700 gal (US)) bahan bakar internal, mesin yang sangat boros, terutama di afterburner.

Para awak dari dua (pilot dan navigator) yang duduk di cockpits bersama-sama di bawah kanopi terpisah. Sebuah bom / radar navigasi ini disimpan dalam radome di badan pesawat bawah asupan tersebut, bagian belakang kokpit. Sebuah boom pengisian bahan bakar dibangun ke dalam hidung dan menonjol dalam operasi Mirage IV.

Mirage IV memiliki dua tiang di bawah sayap masing-masing, dengan pylons dalam kapal yang biasanya digunakan untuk tank drop besar dari 2.500 liter (660 gal (US)) kapasitas. Pylons luar membawa ECM untuk melengkapi jamming internal dan sistem penanggulangan. Pada pesawat saat ini, ini biasanya jammer pod Barax NG di bawah sayap dan Boz Expendables dispenser di bawah sayap kanan. Tidak ada persenjataan meriam telah dipasang. Mirage IVA awal memiliki reses pesawat di bawah mesin untuk tunggal AN-11 atau AN-22 senjata nuklir hasil 60-kT.

Primary Function: Two-seat supersonic medium bomber
Contractor: Dassault
Crew: Two
Unit Cost: N/A
Powerplant
Mirage IVP - Two SNECMA Atar 9K-50 turbojets each rated at 11,023 lb (49.03 kN) dry and 15,873 lb (70.61 kN) with afterburning.
Dimensions
Length: 23.5 m (77 ft)
Wingspan: 11.85 m (38 ft 11 in)
Height: 5.4 m (1 7 ft 9 in)
Weights
Empty: 31,966 lb (14500 kg) -- Equipped Mirage IVP
Maximum Takeoff: 69,666 lb (31600 kg) -- Mirage IVP
Performance
Speed: 1450 mph (2340 km/h) -- max. dash speed
Ceiling: 65,615 ft (20000 m) -- Mirage IVP
Range: 2500 km (1500 miles)
Armament
one free-fall nuclear bomb or up to7250 kg (7 tons 320 lb) of disposable stores

FMA IA 58 Pucará

FMA IA 58 Pucará

Diberi nama berdasarkan jajaran tebing batu di Amerika Selatan, awal pesawat Pucara diketahui pada pertengahan 1960-an ketika Argentina's Fabrica Militar de Aviones (Military Aircraft Factory) telah meminta untuk mengembangkan sebuah pesawat tempur baru yang dapat melakukan misi COIN, CAS dan pengintaian. Penerbangan pertama purwarupa AX-2 Delfin yang bertenaga sepasang turbo props Garrett TPE331-U-303 dilakukan pada 20 Agustus 1969. Purwarupa selanjutnya bermesin turboprop French Turbom Eca Astazou XVIG.

Pucara didesain untuk beroperasi pada medan berat dan landasan yang belum dipersiapkan dengan support darat minimal, sebuah desain umpan balik dari Perang Falklands 1982. Operasi dapat dilakukan pada malam hari, tetapi tidak pada kondisi cuaca buruk, dan penargetan senjata ke musuh dilakukan secara visual oleh pilot dengan penggunaan visibilitas arah depan yang sangat bagus karena bentuk hidung Pucara yang mengarah ke bawah.

IA 58A standar produksi pertama kali terbang pada 8 November 1974, dan dikirim ke AU Argentina setahun sesudahnya.

Pengembangan pesawat ini menghasilkan model IA 58B, upgrade utama pada sistem avionic dan penambahan dua meriam 30mm untuk melengkapi meriam 20mm-nya.

Akan tetapi, produksi total tidaklah terlalu banyak walau diekspor ke Uruguay, Sri Lanka dan Colombia. Total produksi tidak sampai 20 Pesawat.

Specifications
Country of Origin: Argentina
Builder: -
Role: -
Similar Aircraft: -
Wing Span: 14.5m ( 47 ft 7 in )
Length: 15.25 m ( 46ft 9in)
Height: 5.36m ( 17ft 7 in )
Weight: empty, equipped 4,037 kg ( 8,900 lb ); MTOW 6,800 kg ( 14,991 lb )
Engine: two 988 shp Turbomeca Astazou XVIG turboprops
Maximum speed: 500 km/h ( 311 mph ) at 3,000 m ( 9,840 ft )
Cruising speed: 430 km/h ( 267 mph )
Range: -
Service Ceiling: 9,700 m ( 31, 825 ft )
Armament: two Hispano HS804 20mm cannon each with 270 rpg; four FN Browning 7.62 mm cannon with 900 rpg; up to 1500 kg ( 3,307lb ) of free fall bombs, napalm tanks, 70 mm ( 2.75 in ) rockets, cannon pods, two auxiliary fuel tanks.
Crew: -
Cost: -
User Countries: Argentina, Uruguay, Colombia, Sri Lanka.

Sukhoi Su-15

Sukhoi Su-15

Sukhoi Su-15 adalah pesawat jet pencegat asal Rusia yang dikeluarkan oleb Biro Sukhoi-OKB. Pesawat ini mulai berdinas pada tahun 1970-an yang merupakan mitra atau pelengkap pesawat tempur MiG-23 Flogger yang dikeluarkan oleh biro MiG (Mikoyan Guryevich). Pesawat ini cukup terkenal karena menembak jatuh pesawat sipil Boeing B-747 Korean Air 007 pada tahun 1983. Selain itu juga terlibat dalam pertempuran udara dalam Konflik Ethiopia dimana 9 pesawat hancur tertembak. Selain digunakan oleh negara-negara pecahan Uni Soviet, pesawat ini juga dioperasikan oleh sekutu-sekutunya.

Saat itu Uni Sovyet menduga pesawat B-747 Korean Air adalah pesawat mata-mata Amerika Serikat, Boeing RB-47 yang berdasarkan pantauan radar memang mirip dan sering beroperasi diwilayah dekat Vladivostok dan Pulau Sakhalin yang terlarang karena terdapat pangkalan nuklir dan militer rahasia. Menurut para pejabat militer dan kedirgantaraan Uni Sovyet saat itu, Pesawat B-747 Korean Air membawa peralatan spionase udara meskipun banyak para pejabat penerbangan internasional membantahnya. Berdasarkan perkiraan para pengamat penerbangan, Pesawat B-747 Korean air mengalami kesalahan peta navigasi pesawat sehingga melewati kawasan itu namun, kesalahan itu merupakan kesengajaan atau tidak , masih dipertentangkan.

Primary Function: Interceptor, air superiority
Contractor: Sukhoi
Crew: One
Unit Cost: N/A
Powerplant
Two Tumanskii R-13F2-300 turbojet engines rated at 31,460 lb (139.95 kN)
Dimensions
Length: 70 ft 3 in (21.41 m)
Wingspan: 30 ft 8 in (9.34 m) - Flagon-F
Height: 16 ft 6 in (9.34 m)
Weights
Empty: 27,000 lb (12,245 kg) - Flagon-F
Maximum Takeoff: 40,000 lb (18,145 kg) - Flagon-F
Performance
Speed: 1,385 mph (Mach 2.1)
Ceiling: 60,700 feet (18,500 m)
Range: 901 miles (1,450 km)
Armament
Six hardpoints for R-98M (AA-3) and R-60 (AA-8) AAMs, as well as 23-mm gun pods.

F-104 Starfighter

F-104 Starfighter

Lockheed F-104 Starfighter adalah pesawat penyalip supersonik performa-tinggi yang berkecepatan tinggi yang dirancang pada tahun 1954.

Pesawat tipe ini umumnya digunakan sebagai pesawat pembom berkecepatan-tinggi di Eropa sejak tahun 1960-an hingga 1980-an.

Pada tahun 1958, pesawat F-104 Starfighter pernah menciptakan rekor dunia baru dengan kecepatan 2.259,82 km/jam

Karakteristik umum

* Kru: 1
* Panjang: 54 ft 8 in (16.66 m)
* Lebar sayap: 21 ft 9 in (6.36 m)
* Tinggi: 13 ft 6 in (4.09 m)
* Area sayap: 196.1 ft² (18.22 m²)
* Airfoil: Biconvex 3.36% root and tip
* Berat kosong: 14,000 lb (6,350 kg)
* Berat terisi: 20,640 lb (9,365 kg)
* Berat maksimum lepas landas: 29,027 lb (13,170 kg)
* Mesin: 1× General Electric J79-GE-11A afterburning turbojet
o Dorongan kering: 10,000 lbf (48 kN)
o Dorongan dengan afterburner: 15,600 lbf (69 kN)Zero-lift drag coefficient: 0.0172
* Drag area: 3.37 sq ft (0.31 m²)
* Aspect ratio: 2.45

Performa

* Kecepatan maksimum: 1,328 mph (1,154 kn, 2,125 km/h)
* Radius tempur: 420 mi (365 nmi, 670 km)
* Jarak jangkau ferri: 1,630 mi (1,420 nm, 2,623 km)

* Batas tertinggi servis: 50,000 ft (15,000 m)
* Laju panjat: 48,000 ft/min (244 m/s)
* Beban sayap: 105 lb/ft² (514 kg/m²)
* Dorongan/berat: 0.54 with max. takeoff weight (0.76 loaded)
* Lift-to-drag ratio: 9.2

Persenjataan

* Senjata api: 1 × 20 mm (0.79 in) M61 Vulcan gatling gun, 725 rounds
* Titik keras: 7 with a capacity of 4,000 lb (1,814 kg),with provisions to carry combinations of:
o Rudal: 4 × AIM-9 Sidewinder, 2 x AIM-7 Sparrow, 2 x Selenia Aspide
* Other: Bombs, rockets, or other stores

Jumat, 17 Desember 2010

Zumwalt-class destroyer (DDG-1000)

Zumwalt-class destroyer (DDG-1000)
DD(X) Kapal Perusak USN Masa Depan

Kapal Perusak (Destroyer) modern bagi Angkatan Laut Amerika Serikat (USN) tengah dikembangkan sebagai kapal tempur permukaan masa depan. Sebagai kapal Destroyer multi-misi, pertama kali diperkenalkan oleh Departemen Pertahanan AS pada bulan November 2001 dengan sebutan Program DD21. Kini, program tersebut diberi kode DD(X) dan Northtrop Grummand telah terpilih agen perancang DD(X)

Pihak Northrop Grumman berencana akan menyelesaikan system rancang bangun DD(X) ini berikut 11 unit model pengembangan enjinering (EDM) pada tahun 2005 ini. EDM (Engineering Development Model) ini mencakup system persenjataan, system penggerak kapal, bahan komposit untuk deckhouse, system sonar serta system radar.

Pihak USN mengharapkan program DD(X) akan segera terlaksana dengan lancer dan pada tahun 2013 mereka sudah dapat mengoperasikan delapan sampai 12 unit DD(X). Program DD(X) ini sesungguhnya merupakan program pengganti dari program DD 21 Zumwalt yang arahnya membangun 32 unit kapal perusak baru sebagai pengganti kapal Frigate kelas Oliver Hazard Perry (FFG 7), dan destroyer kelas Spruance (DD 963). Tidak seperti biasanya kapal perang permukaan jenis Destroyer USN yang diperuntukan untuk menghadapi ancaman musuh di laut dalam, DD 21 memiliki misi utama untuk memberikan dukungan serangan kedarat bagi pasukan darat, juga melaksanakan fungsi tradisonalnya untuk misi anti serangan udara, anti kapal permukaan dan anti-kapal selam.

DD(X) akan memiliki hull dengan format yang disebut ‘tumblehome' dimana pada bagian depan kapal bentuknya tidak mengerucut keatas permukaan tetapi kerucut menghadap kearah permukaan air laut (terbalik dari bentuk tradisional). Bentuknya dirancang untuk memperkecil kemampuan deteksi radar lawan (termasuk deteksi infra merah).

Perangkat elektronik data-link (CDL/Common Data-Link) dirancang oleh pihak Harris Corporation yang beroperasi dengan X/Ku-band phased array antenna systems. Sistem antenna multi-beam yang digerakkan secara elektronik akan mampu menghubungkan jaringan sampai dengan delapan terminal CDL.

Menurut rancangannya, DD(X) ini akan memiliki bobot tempur mencapai 12,000 ton dengan kecepatan jelajah yang stabil pada 30 knot. Jumlah awak kapal termasuk awak yang mengoperasikan pesawat helicopter, total sebanyak 95 personil. (Bandingkan dengan Spruance class - 330 personil, dan Oliver Hazar Perry - 200 personil).

Perlengkapan Tempur

Persenjataan: Peluncur rudal vertical (PVLS/Peripheral Vertical Launch System) sebanyak empat sel berada pada parimeter deck. PVLS dikembangkan oleh pihak Raytrheon bersama United Defence dengan kode Mk 57 VLS.

Senjata misil Tactical Tomahawk (Penyempurnaan Tomahawk TLAM), Misil Standard SM-3 dan ESSM (Evolved SeaSparrow Missile) untuk pertahanan udara.

Meriam utama berupa dua pucuk meriam caliber 155mm yang memiliki jarak tembak efektif mencapai 100 mil laut dengan penembakan berkelanjutan untuk 12 butir peluru per-menit dikembangkan oleh pihak United Defence. Meriam ini dikenal dengan sebutan AGS (Advanced Gun System) - awalnya dirancang untuk program DD 21.

Sedangkan untuk pertempuran jarak pendek disediakan meriam caliber 57mm Mk 110 yang dikenal sebagai Ship Close-in Gun System, juga dikembangkan oleh United Defence. United Defence merupakan perusahaan yang mengakuisisi pabrik meriam kapal Swedia, BOFORS.

Radar pencari (VSR/Volume Search Radar) menggunakan system yang beroperasi pada L-band yang terintegrasi dengan radar multi-fungsi AN/SPY-3 dari Raytheon. Radar DD(X) akan mampu melakukan kegiatan surveillance dan tracking. AN/SPY-3 Multi-Function Radar (MFR) merupakan radar X-band active phased-array yang dirancang untuk mendeteksi rudal jelajah anti kapal jenis deteksi rendah, dan mendukung kendali penembakan rudal Standard.

Sonar digunakan untuk menghadapi target bawah air, pada DD(X) menggunakan sonar jenis bow array dan multi-fungsi towed-array yang mampu beroperasi dengan frequensi ganda (high and medium frequency).

DD(X) memiliki dua titik pendaratan pesawat helicopter.

Sistem Propulsi. DD(X) akan menerapkan system propulsi moderen, all-electric drive with an integrated power system (IPS) berdasar pada in-hull permanent magnet synchronous motors (PMM) dengan Advanced Induction Motors (AIM) sebagai backup.

IPS akan memasok tenaga kepada perangkat kapal lainnya seperti perangkat system tempur dan mampu merekonfigurasi kebutuhan pasokan tenaga. Untuk menghasilkan tenaga pada IPS ini dipercayakan kepada Genset gas turbin MT30 36MW dari Rolls-Royce.

CG(X) Kapal Penjelajah USN Masa Depan

CG(X) merupakan kelanjutan program DD(X). Hanya CG(X) merupakan jenis kapal penjelajah (Cruiser) yang tujuannya untuk menggantikan kapal penjelajah kelas Ticonderoga.

Pengembangan CG(X) ini kemudian tidak lepas dari pelaksanakan program DD(X), dimana menurut rencananya CG(X) akan menggunakan arsitektur propulsi dan rancangan hull yang sama dengan DD(X). Demikian juga dengan teknologi yang digunakan hamper keseluruhannya menyerupai DD(X). Dengan demikian jumlah awak yang akan mengoperasikan kapal penjelajah ini nantinya akan lebih sedikit dibandingkan dengan kapal sejenis yang beroperasi saat ini.

Ukuran keseluruhan dari CG(X) ini juga tidak berkisar jauh dari DD(X), namun hingga saat ini pihak redaksi masih belum memiliki data yang lengkap dari CG(X) ini, termasuk daftar kontraktor yang akan membangun kapal ini.

HNLMS Karel Doorman (R81)

HNLMS Karel Doorman (R81)

Karel Doorman adalah sebuah kapal induk angkatan laut Belanda. Kapal ini digunakan selama usaha Indonesia membebaskan Irian Barat dengan aksi militer yang disebut Operasi Trikora. Beberapa sumber menyatakan bahwa TNI-AU merencanakan untuk menenggelamkan kapal ini dengan menggunakan Tupolev Tu-16 dan menggunakan misil AS-1 Kennel, tapi rencana ini digagalkan karena gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda.

Tahun 1969, kapal ini dijual kepada angkatan laut Argentina dan diganti namanya menjadi ARA Veinticinco de Mayo.

Pada tahun 1964, setelah penyelesaian masalah mengancam wilayah bekas kolonial dan perubahan dalam misi untuk Kerajaan Belanda Angkatan Laut dalam NATO ditambah dengan biaya besar untuk mengoperasikan dan memelihara sebuah kapal induk, diputuskan untuk menarik dia dari armada operasional oleh awal 1970-an. This was to coincide with the arrival of long range maritime patrol aircraft that were to take over the ASW role Karel Doorman had been tasked to perform ever since the start of the 1960s. Ini bertepatan dengan kedatangan pesawat jarak jauh patroli maritim yang mengambil alih peran ASW Karel Doorman telah ditugaskan untuk melakukan sejak awal 1960-an.

Name: HNLMS Karel Doorman (R81)
Namesake: Karel Doorman
Acquired: 1 April 1948
Commissioned: 28 May 1948
Decommissioned: 29 April 1968
Refit: 1955-1958
1965-1966
Fate: Sold to Argentina 15 October 1968

DMV-30T

Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T)

Kendaraan sejenis “Humvee” dan bertampang “sangar” ini adalah produk pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan ini mendapat nomor register di lingkungan TNI-AU yakni 4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi Mazda Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin GRMG yang disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi kaliber 5,56 mm yang menyembul keluar dari kabin depan yang tidak dipasangi kaca. Gerakan mobil anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di jalan raya maupun di medan yang terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran besar melekat di dua as dengan ketinggian jarak lantai kabin ke tanah sekitar 90 centimeter. 

Apabila tertembak, bagian ban masih akan tetap berdiri dan berfungsi maksimal karena dilengkapi dengan lapisan besi yang dipasang melingkar pada bagian ban. Kendaraan tempur ini didesain untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok yang terbuat dari fibre glass yang dicat khas warna loreng TNI. DMV mempunyai ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan kendaraan biasanya, sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa berkualitas sesuai dengan standard dan spesifikasi kendaraan versi militer

SA-7 Strela / SA-14 Gremlin

SA-7 Strela / SA-14 Gremlin

SA-7 Strela / SA-14 Gremlin, saingan berat Stinger ini bikinan Russia lantaran populasinya yang lumayan banyak, termasuk TNI-AL. Pengalaman tempurnya juga mumpuni. Terlibat dalam Perang Arab-Israel, Vietnam, Angola, Libanon. Dalam perang Yom Kippur hampir separuh dari Skyhawk AU Israel yang tersengat rudal yang berjarak jangkau 10 kilometer ini mampu kembali ke pangkalannya. Sistem pembakar sesaat (short burnt booster), digunakan meluncurkannya dari tabung. Selain membahayakan penembak, sistem ini juga membatasi sudut tembak. Kelemahan lain adalah Strela harus benar-benar diarahkan ke saluran buang (exhaust nozzle) pesawat atau helikopter sasaran.

Versi terbaru dari Strela adalah SA-14 Gremlin. Bentuknya sama dengan pendahulunya. Perubahan yang mencolok adalah pada sistem penjejak yang lebih sensitif. Keuntungannya rudal ini bisa ditembakkan dari sudut yang lebih lebar. Hulu ledak yang dibawanya juga dua kali lebih besar dari pendahulunya. Kelebihan berat ini diantisipasi dengan penggunaan perangkat yang lebih ringan dan roket pendorong berbahan bakar padat. Akibatnya rudal yang pertama dikenal tahun 1978 ini memiliki jarak jangkau lebih pendek, yaitu 4,5 kilometer.

Javelin

 Javelin

Javelin,rudal panggul anti pesawat bikinan British Aerospace, Inggris ini merupakan generasi penerus Blowpipe. Pengalaman tempurnya lumayan banyak, sebut saja konflik Falkland (1982), dan operasi gurun (1990). Berbeda dengan rudal dikelasnya yang mengandalkan penuntun infra merah, Javelin menggunakan sistem penuntun laser. Selain itu juga dilengkapi monitor yang memungkinkan penembak mengontrol rudalnya sampai ke sasaran. Dengan demikian rudal ini tidak bisa "di tipu" dengan chaff dan flares.

Kelebihan lain dari rudal berbobot 38 kilogram ini adalah pada komputer canggih yang bekerja otomatis apabila selama 23 detik penembak belum berhasil mengunci sasarannya. Ada dua jenis rudal yang ditembakkannya, yaitu standar (KA 106) dan versi canggihnya (KA 140). Pada jenis terakhir, apabila rudal meleset dari sasaran, hulu ledak secara otomatis akan meledak pada jarak yang paling dekat dengan sasaran. Pecahan-pecahan rudal berjarak jangkau empat sampai lima kilometer ini akan merusak pesawat lawan. Lantaran sasaran harus terus dimonitor, sistem rudal ini rentan terhadap serangan pasukan darat lawan.

RT-20 (Kroasia)

RT-20 (Kroasia)

Kaliber: 20x110mm Hispano
Operasi: manual, bolt action
Panjang Senapan: 1330 mm
Panjang laras: 920mm
Bobot: 19,2 kg
Mekanisme isi peluru: single shot, isi manual
Jarak tembak efektif: 1800 meter

Senapan runduk anti-material RT-20 dibuat oleh RH-Alan, Kroasia pada pertengahan 1990an murni sebagai anti-material dan anti-lapis baja. Nama RT-20 artinya "Rucni Top, 20mm", atau “Kanon Tangan 20mm”. Merupakan senapan anti-material yang sangat kuat yang ada pada saat ini – saingan lainnya adalah senapan dari Afrika Selatan NTW-20 dan Helenius APH-20 dari Finlandia. RT-20 diturunkan dalam konflik di bekas Negara Yugoslavia.

RT-20 dibuat dengan caliber 20mm yang amunisi aslinya dibuat untuk senapan anti pesawat udara Hispano Suiza HS404 pada masa Perang Dunia 2. Amunisi masih digunakan oleh beberapa Negara dan tersedia dalam berbagai jenis seperti HE, AP dan lain-lain. Amunisi caliber 20x110mm menembakan proyektil seberat 130 gram (2000 grain) dengan kecepatan laras 850 meter/detik.

Sistem pada senjata terdiri dari tabung reaktif yang cukup besar pada bagian atas laras, ujung depan tabung dihubungkan dengan laras pada titik ditengah panjang laras. Bagian belakang tabung membentuk reactive nozzle. Saat senapan ditembakan serbuk gas panas yang ditimbulkan masuk kembali dari laras ke tabung reaktif dan menimbulkan back-blast dengan tekanan reaktif yang timbul dari tekanan recoil.
Sistem selanjutnya sangat sederhana, kunci laras dengan rotating bolt dengan tiga masif lug.

M24

M24

Kaliber: 7,62x51mm NATO (.308 Winchester)
Operasi: Bolt action
Megasen (Internal): isi 5 butir peluru.
Bobot kosong: 5,49 kg
Panjang: 1092 mm
Pembidik: Teleskop 10x42 Leupold Ultra M3A (Mil-Dots), pisir logam.
Panjang laras: 610mm
Jarak tembak efektif: 800 meter
Kekaurtan: 1,5 MOA dengan amunisi M118, 1 MOA dengan amunisi M118LR dan 0,50 MOA dengan amunisi komersil match grade.

Senapan runduk M24 dikembangkan dengan dasar aksi M14, AD Amerika men-set aplikasi senapan ini untuk bolt-action, laras dari bahan stainless steel dengan popor dari bahan kevlar graphite. Setelah percobaan penembakan akhir dengan senapan Steyr SSG dan Remington model 700BDL, pada tahun 1987 senapan ini distandarkan sebagai senapan runduk M24. Angka 24 diambil dari panjang laras (24 inci atau 609 mm), untuk menembakan amunisi caliber 7,62mm (M118). Laras dengan sistem ulir putaran model Remington yang disebut 5R (radial) (lima alur putar/land & groove disepanjang laras) – 1 twist dalam 284mm.
Senapan runduk yang juga digunakan oleh kalangan militer Israel ini disebut sebagai sistem karena memiliki berbagai kelengkapan lain seperti pembidik teleskop dan accessories lainnya.

M24A2

Remington juga mengembangkan versi penyempurnaan M24 yaitu model A2 dengan magasen isi 10 butir peluru dan dilengkapi rel Picatinny, laras dimodifikasi untuk mengakomodasi sound suppressor dan penyempurnaan pada popornya. Prototype M24A2 diperkenalkan pada bulan Februari 2005.

SKJOLD

SKJOLD KAPAL BERPELURU KENDALI BERTEKNOLOGI SILUMAN MILIK NORWEGIA

Kapal berpeluru cepat kelas kendali berteknologi siluman? Bias di bilang jawaban pertanyaan sekarang bukan lah sebatas angan-angan. Tercatat pada akhir era 1990-an orwegia meluncurkan kapal cepat pengusung rudal berteknologi siluman (Stealth) nama yang di pakai adalah kalas Skjold atau bila diartikan tameng. Skejold bukan Cuma sekedar prototype belaka. Angkatan laut Norwegia secara resmi bakal mengoparasikan lima kapal sejenis ini.

Ada dua teknik yang diterapkan agar kapal bebas dari penciuman radar lawan. Pertama terletak pada desain bentuk dengan mengaplikasikan sudut-sudut tertentu. Hal ini masih di tunjang oleh kerapian penempatan persenjataan. Teknik kedua yaitu pemakaian bahan pembuatan non-metal. Bahan di comot tepatnya adalah kombinasi beragam bahan atau lazim disebut sebagai fiber-reinforced plastic composed.

Bicara tentang terobosan teknologi sevenarnya tak Cuma terletak pada kemampuan siluman semata. Soal cara berlayar, skyjold juga tergolong lain dari pada yang lain. Galangan kapal Umoe Mandal sengaja menerapkan tipe lambung ketamaran pada kapal ini. Sementara untuk bergerak kapal ini memakai efek udara (air cushioned) seperti pada hovercraft pendarat AL,AS LCAC

Jujur ada banyak keuntungan yang bias di raih dari kombinasi desain lambung serta cara bergerak Skjold. Paling utama, stabilitas kapal menjadi benar-benar terjamin lantaran permukaan lambung yang bersinggungan dengan air terhitung minim efeknya jadi platform yang sempurna buat menempatkan persenjataan.

Selanjutnya kapal juga tetap mampu beraoprasi secara optima di laut-laut beroprasi secara optima di laut-laut dangkal. Keunggulan macam itu dianggap cocok buat mendukung taktik tempur laut (gerilya kepulawan)

Sesuai dengan klasifikasinya Skjold bakal dilengkapi dengan rudal permukaan-permukaan anti kapal. Tipe yang di usung adalah NSM (Norwegia Strike Missle) rudal paling gres lansiran Kongsberg Norwegia. Senjata generasi penerus rudal pengin ini punya jarak jelajah hingga 150 km. selain rudal anti kapal, Skjold juga di bekali rudal antipesawat MBDA Mistral Plus Meriam super-rapid OTO-Malera Kaliber 76 mm

Seperti halnya senjata, soal radar pada Skjold tak boleh dipandang sebelah mata. Buat mengendus targetnya kapal di bekali dengan radar multi-fungsi MMR-3D-NG buatan Thales. Saat di fungsikan sebagai elemen pengintai maka perangkat ini mampu mencium sasaran yang bergerak di ketinggian 140 km. begitu di ubah fungsi radar intai tiga dimensi maka jarak jangkau terdongkrak hingga 180 km. terakhir ketika di ubah fungsinya sebagai radar pertahanan maka semua benda yang berbahaya pada jarak 60 km bisa di cium .

Adapun spesifikasi Skyjold :
Dimensi :
Panjang 47,5 m; beam 13,5m ; drought 0,9-2,3 m
Bobot tempur :
270 Ton
Sumber Tenaga :
Sepasang Gas Turbin Rolls-Royce Allieson 571kf plus sepacang lagi cadangan ; sepasang water jet; sepasang kipas pengangkat (lift fan) sepasang mesin spesialisasi manufer
Kecepatan :
55 knot sekitar 100 km/jam