Satu lagi inventaris alutsista TNI-AD yang berusia sepuh, yakni panser BTR (Bronetransporter)-40. BTR-40 bisa dikategorikan sebagai mesin perang satu angkatan dengan tank amfibi PT-76/BTR-50P buatan Rusia yang legendaris. Yakni sama-sama didatangkan pada awal tahun 1960-an. Meski menyandang ”gelar” BTR, panser ringan ini tidak mempunyai kemampuan amfibi. Pada masanya BTR-40 sangat diunggulkan sebagai kendaraan taktis berpenggerak roda 4×4.
Diperkirakan populasi BTR-40 di Indonesia mencapai 85 unit. Dan seperti halnya mesin perang ex Rusia, BTR-40 sempat terbengkalai dalam waktu lama akibat ketiadaan suku cadang. Bisa dikatakan sebagian panser ini telah menjadi besi tua. Sadar akan jumlahnya yang relatif banyak dan kualitas baja yang cukup baik. BTR-40 pada tahun 1995/1996 dicoba untuk ”dibangkitkan” dari ”kubur”. BTR-40 mengalami program retforofit besar-besaran. Utamanya mencakup penggantian mesin dari bensin ke diesel, perangkat komunikasi, rangka, persenjataan, dan masih banyak lainnya. Program retrofit BTR-40 dilakukan oleh Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD. BTR-40 hasil retrofit pertama kali diperlihatkan ke publik pada pameran ABRI di tahun 1995.
Tapi perubahan yang cukup mudah dilihat adalah dilengkapinya BTR-40 hasil retrofit dengan atap model tetutup. Hal ini menjadikan personel dan awak panser terlindungi dari serangan peluru lawan. BTR-40 retrofit pun kini sudah dilengkapi air conditioner. BTR-40 dirancang dengan beragam versi, TNI-AD memiliki tipe APC (Armoured Personel Carrier) dengan bekal standar senapan mesin kaliber 7,62 atau 12 mm. Dengan desain persenjataan yang terbilang minim, akhirnya diputuskan sebagian BTR-40 disalurkan untuk satuan Brimob Polri. Di tangan Polri, justru BTR-40 banyak mengemban penugasan, contohnya keterlibatan BTR-40 dalam menumpas GPK GAM di Aceh.
Sejarah BTR-40
Pengembangan desain BTR-40 dimulai pada awal tahun 1947 oleh biro Gorkovsky Avtomobilny Zavod (GAZ). Rancang bangun BTR-40 didasarkan dari kendaraan truk tipe GAZ-63 4×4 yang berbobot 2 ton. BTR-40 sejak tahun 60-an hingga kini masih digunakan di banyak negara, terutama di negara-negara sahabat Rusia, seperti RRC, Vietnam, Korea Utara, eks Jerman Timur, Ukraina, Polandia, Yaman Utara, Cuba, dan Mesir. Bahkan Israel pun sempat memiliki BTR-40 hasil dari rampasan perang saat melawan Mesir.
BTR-40 terbilang fleksibel untuk urusan persenjataan, selain versi APC, BTR-40 juga bisa disulap sebagai pengusung mortir dan dapat dipasangi kanon anti serangan udara tipe ZPTU twin gun kaliber 14,5 mm. Di lingkungan TNI-AD, BTR-40 ditempatkan sebagai komponen unit kavaleri di beberapa Kodam di luar pulau Jawa.
BTR-40 Retfofit TNI-AD/Polri
Tentu BTR-40 di era Sukarno berbeda dengan BTR-40 di era reformasi. Untuk urusan body memang tetap dipertahankan, tapi pada versi retrofit ditambahkan armoured steel plate armox 500S setebal 6 hingga 8 mm. Ini menjadikan BTR-40 punya atap, dan personil lebih terlindungi baik dari serangan lawan dan cuaca hujan/panas.
Dari sisi mesin, BTR-40 retrofit menggunakan dapur pacu Isuzu 4 BEI motor diesel dengan 4 silinder. Jumlah percepatan yakni 5 maju dan 1 mundur, tipe silinder Isuzu MSA 5G. Kecepatan maksimumnya 100 km/jam dengan jarak jelajah 660 Km. Bandingkan dengan BTR-40 versi jadoel, mesin menggunakan jenis GAZ-40 motor bensin dengan 6 silinder. Jumlah percepatan 4 maju dan 1 mundur, kecepatan maksimumnya hanya 80 Km/jam dengan jarak jelajah 288 Km. Jelas dari performa mesin, BTR-40 retrofit punya kinerja yang jauh lebih baik.
Bagaimana dengan persenjataan? Untuk versi kavaleri TNI-AD, BTR-40 dilengkapi variasi pilihan senjata, diantaranya pelontar granat otomatis AGL 40mm, senapan mesin berat kaliber 12,7 atau senapan mesin ringan kaliber 7,62 mm GPMG. Untuk menjamin keamanan awak penembak, BTR-40 dilengkapi kubah lapis baja yang dapat berputar kesegala arah. Bila panser terjebak di medan perang tak perlu khawatir, BTR-40 dibekali pelontar granat asap kaliber 66 mm sebanyak 8 tabung. Untuk keamanan pengemudi, BTR-40 punya kaca anti peluru dari jenis bullet protective glass setebal 62 mm dengan kemiringan 45 derajat.
Bila BTR-40 jadoel tak dilengkapi alat komunikasi, BTR-40 retrofit sudah dibekali radio komunikasi tipe PRC 64. Sebagai kendaraan dengan kemampuan four wheel drive, BTR-40 sangat siap untuk terjun di medan off road. Kemampuan ini semakin afdol berkat penambahan alat pionir seperti kapak, skop, gergaji, dan kabel sling. Untuk jelajah off road, BTR-40 dibekali winch, pada versi jadoel winch digerakan secara mekanis pada gearbox dengan beban tarik 5 ton. Sedangkan pada BTR-40 retrofit, winch menggunakan jenis electronic ramsey model RE10.000 dengan beban tarik 4,5 ton
Spesifikasi BTR-40 Retrofit
Panjang : 4,780 meter
Lebar : 1,880 meter
Tinggi : 2,695 meter (versi kanon dengan kubah)
Mesin : Isuzu 4 BE1 Diesel
Berat kosong : 4960 Kg
Berat tempur : 6000 Kg
Awak + personel : 10 orang
Radius putar : 6,7 meter
Kapasitas tanki : 110 liter
Kecepatan max : 100 Km/jam
Sumber listrik : Alternator 24 volt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar