Rabu, 17 November 2010

R-Han 122

R-Han 122

Indonesia mulai memasuki era kemandirian industri pertahanan dalam negeri, khususnya dalam memproduksi roket berhulu ledak. Kementerian Pertahanan meluncurkan Roket Pertahanan (R-Han) 122 berhulu ledak karya anak bangsa pada 6 November 201o.

Peluncuran yang dilakukan di Lapangan Dodik Latpur Rindam II/Sriwijaya Km 8 Baturaja, Sumatera Selatan, itu menandai dimulainya produksi minimal 500 roket itu hingga tahun 2014.

”Peluncuran ini adalah akhir dari tahap uji coba. Selanjutnya, kita akan memproduksi minimal 500 roket pada 2014,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat meresmikan peluncuran roket itu.

”Ini menjadi titik awal kebangkitan dari usaha membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri,” lanjutnya.

R-Han 122 merupakan roket berkaliber 122 mm, hasil kolaborasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, PT Dirgantara Indonesia, serta PT Pindad.

Roket yang diluncurkan dari daratan itu memiliki jangkauan maksimal 14 kilometer, dengan kecepatan 1,8 mach. Namun, tidak dirinci daya ledak dari roket dengan dimensi panjang 1.762 mm dan panjang hulu ledak 475 mm itu.

Proses pembuatan R-Han 122 dirintis melalui riset yang dilakukan sejak enam tahun lalu. Dalam tiga tahun awal, riset pembuatan roket itu menelan dana Rp 5,25 miliar. Selanjutnya, riset yang dilakukan sejumlah lembaga itu dikolaborasikan dalam tiga tahun terakhir dan diujicobakan. Proses selama tiga tahun terakhir itu menelan dana Rp 2,7 miliar.

Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata yang hadir dalam peluncuran itu mengatakan, keberhasilan roket dalam negeri tersebut akan memacu para peneliti Indonesia untuk terus mengembangkan teknologi industri pertahanan. Untuk pengembangan selanjutnya, tengah disusun desain besar pembuatan roket dan rudal.

Kepala Balitbang Kementerian Pertahanan Pos M. Hutabarat mengatakan, biaya produksi sebuah roket sekitar Rp 75 juta. Total biaya produksi 500 roket itu diperkirakan Rp 37,5 miliar.

Menurut Purnomo, biaya produksi itu jauh lebih murah dibandingkan jika harus membeli dari luar negeri. Proses produksi 500 roket itu akan dibiayai negara dan pembuatannya diserahkan kepada PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad.

Data teknis roket 122 mm
Kaliber: 122 mm
Berat hulu ledak: 15 kg
Berat eksplosive: 7.5 kg
Kecepatan maksimum: 1.8 March
Waktu terbang: 63 detik
Jarak jangkau: 12 km sudut elevasi 50o
Tipe propellant: composite propellant (bintang 8)
Pangjang propellant: 1000 mm

Data teknis mobil peluncur
Kaliber peluncur : 122 mm
Berat total 8 peluncur : 680 kg
Panjang mobil : 4650 mm
Lebar mobil : 1700 mm
Tinggi trailer s/d peluncur
- Peluncur 4 buah : 2750 mm
- Peluncur 2 buah : 2500 mm
Berat total : 3000 kg
Berat total + 4 roket : 977 kg


Twis peluncur : 296,25 inch
Alat bidik : manual (visir-pejera)
Elevasi : 15 o s/d 65 o
Azimut : 15o kanan dan 15 o kiri
Jack standing : 4 buah
Joy stick : 6 buah
Power battery : 24 Vdc 100 Ah
Sistem penguncian : handling dan penembakan manual

Data teknis trailer

Kaliber peluncur : 122 mm
Berat total 4 peluncur : 350 kg
Panjang trailer : 2250 mm
Lebar trailer : 1200 mm
Tinggi trailer s/d peluncur : 2500 mm
Berat total : 825 kg
Berat total + 4 roket : 977 kg

Twis peluncur : 296,25 inch
Alat bidik : manual (visir-pejera)
Elevasi : 15 o s/d 65 o
Azimut : 15o kanan dan 15 o kiri
Kemampuan jack standing : maksimum 2 ton x 4 buah
Power battery : 24 Vdc 100 Ah
Sistem penguncian : handling dan penembakan manual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar